Konsep Dasar Post Partum
1. Konsep Post Partus
a. Pengertian Post Partus
Post partus (purperium) adalah
masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Abdul Bari. S,
dkk, 2002:115).
Post partus (Purperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil ( Eny Retna
Ambarwati 2009:1).
Post partus adalah masa yang di perlukan untuk pulihnya alat-alat
kandungan pada keadaan normal yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Di
jumpai dua kejadian penting dari purperium yaitu involusi uterus dan proses
laktasi (Mac Donald, Gant, Cunningham, 1995:281).
Beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa post partus adalah suatu masa segera
setelah melahirkan yaitu masa yang diperlukan
untuk pulihnya alat kandungan sebelum hamil atau prahamil, pada masa itu di
temui involusi uterus dan proses laktasi. Masa ini berlangsung selama 6 minggu
atau 42 hari.
b. Tahapan Post Partus
Menurut Eny Retna Ambarwati (2009: 3), tahapan post partus dibagi menjadi tiga
tahap yaitu :
1)
Purperium dini
Purperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan
berdiri dan berjalan – jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh
melakukan hubungan suami istri apabila setelah
40 hari.
2)
Purperium Intermedial
Purperium intermedial yaitu kepulihan
menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3)
Remote Purperium
Remote purperium adalah
waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu – minggu, bulanan bahkan tahunan.
c.
Parubahan Fisiologis yang Terjadi Pada
Masa Post Partus
1)
Perubahan sistem reproduksi
a)
Payudara
Payudara, secara vertikal terletak
diantara interkostal II dan IV, secara horizontal mulai dari pinggir sternum
sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada dijaringan sub kutan.
Ada empat macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/ umum, pendek atau
datar, namun bentuk puting ini tidak begitu berpengaruh pada proses laktasi,
yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga
membentuk tonjolan atau “dot” kedalam mulut bayi.
Pada
hari kedua post partus baik normal maupun post section caesarea, keadaan
payudara sama dengan saat hamil, kira-kira hari ketiga payudara menjadi besar,
keras dan nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu dan kalau areola
payudara dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu, ditambah dengan
klien belum menetekan sehingga payudara bengkak.
b)
Involusi
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.
(a)
Proses involusi uterus
Pada akhir kala III
persalinan, uterus berada di garis tengah, kira – kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian pundus bersandar pada promontoriu saklaris. Pada saat ini besar
uterus kira – kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan berat 1000 gram.
(b)
Perubahan – perubahan normal pada uterus
selama post partus
Pada persalinan normal dan post sectio caesaria setelah plasenta lahir
konsistensi uterus secara berangsur - angsur menjadi kecil sehingga akhirnya
kembali sebelum hamil, tetapi pada post operasi sectio caesaria mungkin akan
terjadi perlambatan akibat dari adanya luka operasi pada uterus.
Tabel 2.1
Perubahan uterus masa nifas
Involusi uteri
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Diameter uterus
|
Palpasi cervik
|
Plasenta lahir
|
Setingi pusat
|
1000 gr
|
12,5 cm
|
Lembut/ lunak
|
7 hari
( minggu 1)
|
Pertengahan pusat dan shympisis
|
500 gr
|
7,5 cm
|
2 cm
|
14 hari (minggu 2)
|
Tidak teraba
|
350 gr
|
5 cm
|
1 cm
|
6 minggu
|
|
60 gr
|
2,5 cm
|
menyempit
|
c) Vulva
Pada pasien post
section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah eksresi cairan rahim
selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan
nekrotik dari dalam uterus (Eny Retna Ambarwati, 2009: 78).
Proses keluarnya darah nifas atau lochea terdiri atas 4 tahapan yaitu :
(1)
Lochea rubra/ merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada
hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena berisi drah segar.
(2)
Lochea Sanguilenta
Cairan yang keluar
berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung hari ke empat dan ke tujuh post partum.
(3)
Lochea Serosa
Lochea serosa berwarna
kuning kecoklatan karna mengandung serum, lekosit dan robekan / laserasi
plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas post partum.
(4)
Lochea Alba
Mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel, selaput lendir,servik dan serabut jaringan yang mati.
Lochea alba biasanya berlangsung selama dua sampai enam minggu post partum.
d)
Perineum
Pada pasien post
sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.
2)
Sistem pencernaan
Pada sistem
pencernaan, bising usus terdengar samar atau tidak jelas karena terjadi
penurunan peristaltik usus dua sampai tiga hari bisa disebabkan karena efek
dari anastesi, diet cair atau obat-obatan analgetik selama persalinan.
3)
Sistem perkemihan
Kateter mungkin
terpasang pada pasien post sectio caessarea, urin jernih, pembentukan
urin oleh ginjal meningkat sehingga terjadi diuresis
4)
Sistem muskuloskeletal
a)
Dinding perut dan peritoneum
Pembesaran uterus dan
persendian, tetapi biasanya akan pulih kembali dalam waktu 6 sampai 8 minggu
setelah persalinan
Pada pasien post
operasi sectio caessarea selain menjadi kendur juga terdapat luka post operasi
pada lapisan perut dan peritoneum.
b)
Ekstremitas atas dan bawah
Pada ektremitas atas
dan bawah dampak dari anastesi dapat mendepresikan saraf pada sistem muskuloskeletal
sehingga tonus otot menurun, sehingga terjadi kelemahan.
5)
Sistem Endokrin
Hormon
progesteron dan estrogen dihasilkan oleh plasenta yang menghambat pengeluaran
prolaktin pada saat hamil, sedangkan setelah plasenta lahir maka hormone
prolaktin dengan bebas merangsang produksi ASI.
6)
Sistem Kardiovaskuler
Pada
persalinan pervagina kehilangan darah sekitar 300 – 400 cc bila kelahiran
melalui sectio caessarea kehilangan darah dapat dua kali lipat. Pada persalinan
sectio cessarea haemokonsentrasi kembali stabil dan kembali normal setelah 4 -6
minggu.
7)
Sistem Hematologi
Setelah
post partum, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor – faktor pembekuan darah meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan
menurun tetapi darah akan lebih mengental dengan peningkatan viskositas
sehingga meningkatkan factor pembekuan darah.
d. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
1)
Fase
Taking In
Fase ini merupakan periode
ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada saat itu, focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,
seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap
lingkungannya. Komunikasi yang baik
sangat diperlukan pada fase ini.
2)
Fase
Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi, selain itu perasaannya
sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Pada saat ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupkan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3)
Fase
Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2. Konsep
Proses Laktasi dan Menyusui
a. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan
proses menyusui mulai dari ASI di produksi sampai proses bayi menghisap dan
menelan ASI (Retna Ambarwati, 2009: 6).
b. Anatomi
dan Fisiologi Payudara
Payudara, secara
vertikal terletak diantara interkostal II dan IV, secara horizontal mulai dari
pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Kelenjar susu berada
dijaringan sub kutan.
Ada empat macam bentuk
puting yaitu bentuk yang normal/ umum,
pendek atau datar, namun bentuk puting ini tidak begitu berpengaruh pada proses
laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik
sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke dalam mulut bayi.
c. Fisiologi
Laktasi Pada Ibu Menyusui
Hormon prolaktin dari
plasenta selama kehamilan biasanya meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar
karena masih di hambat oleh kadar esterogen yang tinggi, pada hari kedua atau
ketiga pasca persalinan, kadar esterogen turun dengan drastic sehingga pengaruh
prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Perangsangan
puting susu terjadi dengan menyusukan lebih dini. Selain itu juga terbentuk prolaktin
oleh hopofisi sehingga produksi ASI semakin lancar. Ada dua reflek dalam proses laktasi yaitu:
1) Refleks
Prolaktin
Sewaktu bayi menyusui,
ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu terangsang. Rangsangan
tersebut oleh serabut saraf afferent dibawa ke hipotalamus di dasar otak lalu memicu
hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui
sirkulasi prolaktin memicu sel kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu.
Jumlah prolaktin yang disekresi dalam jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
2) Reflek
Aliran
Rangsangan yang ditimbulkan
oleh bayi saat menyusu selain mempengaruhi hipofisis anterior, mengeluarkan
hormon prolaktin juga mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan
hormon oksitosin. Dimasa setelah oksitosin dilepas ke dalam darah maka akan memacu
otot-otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktus berkontraksi sehingga
memeras air susu dari alveoli, duktus dan sinus menuju puting susu.
d. Manfaat
ASI
1. Bagi
bayi
a) Membantu
memulai kehidupannya dengan baik.
b) Mengandung
antibodi
c) ASI
mengandung komposisi yang tepat
d) Mengurangi
kejadian karies dentis
e) Memberikan
rasa nyaman, aman pada bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi
f) Terhindar
dari alergi
g) Asi
meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
h) Membantu
perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut
bayi pada payudara.
2. Bagi
ibu
a) Aspek
kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada
puting susu merangsang ujung saraf sensorik sehingga post anterior hipofise
mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur menekan produksi
estrogen akibatnya tidak ada ovulasi. Pemberian ASI memberikan 89 % metode
kontrasepsi yang efisien selam 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan
hanya ASI saja (eksklusif) dan belum terjadi menstruasi kembali.
b) Aspek
kesehatan ibu
Isapan bayi pada
payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis.
Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya pendarahan pasca
persalinan. Penundaaan haid dan kurangnya pendarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mamae pada ibu
yang menyusui lebih rendah dibandingkan yang tidak menyusui.
Pencegahan kanker hanya
dapat diperoleh ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif. Penelitian
membuktikan ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara
dan kanker ovarium 25 % lebih kecil dibandingkan dari pada yang tidak menyusui
secara eksklusif.
c) Aspek
penurunan berat badan
Ibu yang menyusui secara
eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula
seperti belum hamil.
d) Aspek
psikologis
Keuntungan menyusui bukan
hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan
diperlukan, sebagai perwujudan rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
e. Didalam
ASI terdapat komposisi gizi
ASI adalah satu emulsi
lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organik yang disekresi oleh
kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi
ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi.
Komposisi ASI dibedakan dalam tiga macam yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum ialah ASI
yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning di banding dengan ASI mature bentuknya agak kasar karena mengandung
butiran lemak dan sel – sel epitel. Manfaat kolostrum sebagai berikut:
a) Sebagai
pembersih selaput usus besar, sehingga saluran makanan siap menerima makanan.
b) Mengandung
kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c) Mengandung
zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit.
2) ASI
masa transisi
ASI masa transisi ialah ASI yang
dihasilkan mulai hari ke empat sampai hari kesepuluh.
3) ASI
matur
ASI mature ialah ASI yang dihasilkan
mulai hari ke sepuluh sampai seterusnya.
3. Konsep
Sectio Caesarea
a. Pengertian
sectio caesarea
Operasi caesar atau sering disebut dengan sectio caesarea
adalah melahirkan janin melalui sayatan dinding perut (abdomen) dan dinding
rahim (uterus) (Arif Mansjoer 2000:344).
Sectio cesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (
Wiknjosastro, 2005:138).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi dengan berat badan diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh (www.
siaksoft.net, diakses tanggal 1 juni 2009).
b. Indikasi sectio caesarea
1) Faktor janin.
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant
baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat
yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan
juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat
janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan
lahir. Selain janin yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur,
dan dismatur, atau pertumbuhan janin terlambat, juga menjadi pertimbangan
dilakukan seksiocaesarea.
b. Kelainan letak
a)
Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan
presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan 4x lebih besar
dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat
penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan
pervaginam kurang menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat
beberapa menit, akibat penurunan kepala menyesuaikan dengan panggul ibu,
padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kedua, persalinan yang dipacu
dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun kedua-duanya.
Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral
abdomen.
b)
Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat
disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding
rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak,
kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi
terhenti dan macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan
terlalu lama, mengakibatkan janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan
otak janin.
c) Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan
kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya
mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan
berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan seksio
caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis
akibat keadaan asidosis yang progresif.
d) Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan
genetik.
2) Faktor plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di
bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau seluruh jalan lahir.
Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin.
Hal ni menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh
lewat plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada
tempat implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta
lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC dilakukan untuk
mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin. Terlepasnya
plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang
menumpuk di dalam rahim.
c. Plasenta accrete
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika
sisa plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika
banyak perlu dilakukan pengangkatan rahim.
d. Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila
dilewati janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
3) Kelainan tali pusat.
a. Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian
terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan
keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh
janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat terjepit atau terpelintir
sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak lancar. Lilitan tali
pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya dilahirkan.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih
tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban
yang berlebihan.
4) Faktor ibu
a)
Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama
kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan dengan seksiocaesarea karena
pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung,
DM, dan preeklamsia.
b)
Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak
proporsional dengan ukuran janin menimbulkan kesulitan dalam persalinan
pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi badan kurang
dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih,
PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter
transversal <12>6 minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban.
Retensio plasenta atau plasenta rest, :gangguan pelepasan plasenta menimbulakan
perdarahan dari tempat implantasi palsenta.
c)
Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu
diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin
meningkat apabila didahului oleh keadaan umum yang kurang baik, anemia saat
hamil, sudah terdapat manipulasi intra-uterin, sudah terdapat infeksi. Perluakaan
operasi yang menjadi jalan masuk bakteri. Terdapat retensio plasenta pelaksanaan
operasi persalinan yang kurang legeartis.
c. Jenis jenis sectio caesarea
Jenis
sectio cesarea yang biasa digunakan salah satunya adalah:
1) Sectio caesarea segmen bawah, jenis
ini adalah pendekatan yang lazim digunakan. Insisi tranvarsa ditempatkan
disegmen bawah uterus gravid dibelakang peritoneum uterus vesikel kira – kira
10 cm.
2) Sectio
caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada corpus uterus.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada corpus uterus kira – kira 10
cm.
3) Sectio
caesarea extraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka vacum abdomen.
d. Komplikasai
sectio caesarea
1) Infeksipuerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis.
Komplikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arterus ikut terbuka atau karena atonia uterus.
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arterus ikut terbuka atau karena atonia uterus.
3) Komplikasi-komplikasi
Seperti luka kandung
kencing, embolisme paru-paru, dan sebagainya sangat jarang terjadi.
4)
Suatu komplikasi yang baru
Ialah kurang kuatnya
parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptur uterus. Kemungkinan
peristiwa ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
e. Resiko section caserea bagi ibu dan
janin
1) Angka kematian pada ibu dan janin
lebih tinggi dari pada persalinan normal, kematian pada ibu dapat terjadi karena
pendarahan, infeksi atau sebab - sebab lain pada janin diakibatkan karena
partus yang lama atau gagal drip oksitosin.
2) Dapat mengakibatkan cedera pada ibu
atau bayi. Luka pada sectio caesrea tidak mungkin sempurna penyembuhannya karena
mudah terjadi infeksi pada rahim.
3) Menimbulkan perlengketan pada organ
didalam rongga perut.
4) Biaya mahal karena menggunakan
obat-obatan
5) Gangguan pernafasan pada bayi atau
bayi kuning
f. Penatalaksanaan pasca operasi sectio
caesarea
1) Kaji tanda – tanda vital dengan
interval teratur (15 menit) dan pastikan kondisinya stabil.
2) Lihat tinggi fundus, adanya pendarahan
dari luka dan jumlah lochea.
3) Pertahankan keseimbangan cairan
4) Tangani kebutuhan khusus dengan
indikasi langsung untuk sectio caesarea
5) Anjurkan fisioterafi dan ambulasi dini
jika tidak ada kontra indikasi
6) Perawatan pada luka dapat dilakukan
biasanya setelah tiga hari pasca pembedahan
7) Pemberian ASI dapat dilakukan
setelah pembedahan atau ibu merasa nyaman.
g. Jenis anastesia yang digunakan
Analgesi
obstetric merupakan pengurangan nyeri dalam persalinan. Anastesia merupakan
penghilangan sensasi nyeri yang cukup untuk memungkinkan kelahiran dengan operasi.
Anastesi
kaudal dan efidural, diberikan mendekati skala satu, pasien dimiringkan dengan
posisi sim, dokter menganastesi kulit, menusukkan jarum dan memasukkan obat
kedalam hiatus saklaris. Waktu pemulihan setelah dilakukan anastesi epidural adalah
setelah 24 jam sehingga sebelum sampai 24 jam pasien dilarang untuk menaikan
kepala tetapi hanya boleh menolehkan kepalanya, tindakan ini untuk mencegah
supaya tidak terjadi sakit kepala sehingga intervensi yang dapat diberikan
adalah pengkajian tanda – tanda vital, memberikan bantuan dalam pemenuhan ADL
(David T. Y Liu, 2007: 83).
4. Konsep
Placenta Previa
a. Pengertian
placenta previa
Plasenta previa
merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internum). Secara harfiah berarti plasenta yang implantasinya tidak pada tempat
yang seharusnya, yaitu dibagian atas rahim dan menajuhi jalan lahir. Cara
deteksinya tentu saja dengan pemeriksaan USG. Jika ditemukan plasenta Ppevia
maka dilakukan pemantauan untuk melihat posisi plasentanya setiap bulan.
Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan pada trimester ke III.
Gejalanya berupa perdarahan tanpa rasa nyeri. Timbulnya perdarahan akibat
perbedaan kecepatan pertumbuhan antara segmen atas rahim yang lebih cepat
dibandingkan segmen bawah rahim yang lebih lambat. Hal ini mengakibatkan ada
bagian plasenta yang terlepas dan mengeluarkan darah. Perdarahan ini akan lebih
memicu perdarahan yang lebih banyak akibat darah yang keluar (melalui trombin)
akan merangsang timbulnya kontraksi.
b.
Klasifikasi plasenta previa.
1)
Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
2) Plasenta
previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
3) Plasenta
previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
jalan lahir.
4) Plasenta
previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.
c. Ciri – ciri
plasenta previa
1)
Perdarahan tanpa nyeri
2)
Perdarahan berulang
3)
Warna perdarahan merah segar
4)
Adanya anemia dan renjatan yang sesuai
dengan keluarnya darah
5)
Timbulnya perlahan-lahan
6)
Waktu terjadinya saat hamil
7)
His biasanya tidak ada
8)
Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9)
Denyut jantung janin ada
10)
Teraba jaringan plasenta pada periksa
dalam vagina
11)
Penurunan kepala tidak masuk pintu atas
panggul
12)
Presentasi mungkin abnormal.
d. Penyebab
placenta previa
1)
Perdarahan (hemorrhaging)
2) Usia lebih
dari 35 tahun
3) Multiparitas
4) Pengobatan
infertilitas
5) Pengobatan
infertilitas
6) Multiple gestation (larger surface area of the placenta)
7) Erythroblastosis
7) Erythroblastosis
8) Riwayat
operasi/pembedahan uterus sebelumnya (prior uterine surgery)
9) Keguguran berulang (recurrent abortions)
9) Keguguran berulang (recurrent abortions)
10) Status
sosioekonomi yang rendah
11) Jarak
antarkehamilan yang pendek (short interpregnancy interval)
12) Merokok
13) Penggunaan
kokain
14) Penyebab
lainnya termasuk pemeriksaan dengan jari (digital exam), abruption (pre-eclampsia,
hipertensi kronis, penggunaan kokain, dll) dan penyebab trauma lainnya
(seperti: trauma postcoital).
e. Gejala Klinis
1) Perdarahan tanpa disertai rasa sakit,
yang terjadi pada trimester ketiga.
2) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim.
2) Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan segmen bawah rahim.
3) Bagian
terendah masih tinggi di atas pintu atas panggul (kelainan letak).
4) Perdarahan
dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala
f.
Patofisiologi
Implantasi plasenta diprakarsai (initiated)
oleh embrio (embryonic plate) menempel di uterus (cauda)
bagian bawah. Dengan pertumbuhan dan penambahan plasenta, perkembangan plasenta
dapat menutupi mulut plasenta (cervical os). Bagaimanapun juga,
diperkirakan bahwa suatu vaskularisasi decidua (jaringan epitel
endometrium) defective terjadi di atas (over) serviks, mungkin ini
sekunder terhadap inflamasi atau perubahan atrofik. Per se, bagian plasenta
yang sedang mengalami perubahan atrofik dapat berlanjut sebagai vasa previa.
Sebagai penyebab penting perdarahan pada
trimester ketiga, placenta previa memberikan gambaran sebagai perdarahan tanpa
disertai rasa nyeri (painless bleeding). Perdarahan ini dipercaya
memiliki hubungan dengan perkembangan segmen bawah rahim (the lower uterine
segmen) pada trimester ketiga. Tambahan (attachment) plasenta
terganggu (disrupted) karena daerah ini (segmen bawah rahim) menipis
secara bertahap dalam rangka persiapan untuk permulaan kelahiran (the onset
of labor). Saat ini berlangsung, maka perdarahan terjadi pada daerah
implantasi/nidasi karena uterus tidak dapat berkontraksi dengan cukup kuat dan
menghentikan aliran darah dari pembuluh darah yang terbuka. Thrombin yang
dilepaskan dari area perdarahan memacu (promotes) kontraksi uterus dan
timbulnya lingkaran setan (vicious cycle): perdarahan-kontraksi-pemisahan
plasenta-perdarahan.
g. Diagnosis plasenta previa:
g. Diagnosis plasenta previa:
1)
Anamnesis : adanya perdarahan per
vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan berlangsung tanpa sebab.
2)
Pemeriksaan luar : sering ditemukan
kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala belum masuk pintu atas panggul.
3)
Inspekulo : adanya darah dari ostium
uteri eksternum.
4)
USG untuk menentukan letak plasenta.
5) Penentuan
letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis
servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja
operasi.
h.
Varian placenta previa
Plasenta previa melibatkan implantasi
plasenta di atas mulut serviks bagian dalam (internal cervical os).
Berbagai varian termasuk:
1) Implantasi lengkap di atas mulut
1) Implantasi lengkap di atas mulut
2)Sebagian
tepi plasenta menutupi mulut
3) Plasenta mencapai perbatasan
3) Plasenta mencapai perbatasan
4) Plasenta letak rendah atau a low-lying
plasenta berimplantasi di caudad setengah sampai sepertiga dari uterus atau
sekitar 2-3 cm dari mulut (os).
i. Faktor predisposisi
1) Melebarkan pertumbuhan plasenta
1) Melebarkan pertumbuhan plasenta
a) Kehamilan kembar (gemelli)
b) Tumbuh kembang plasenta tipis
2) Kurang suburnya endometrium
a) Malnutrisi ibu hamil
b) Melebarnya plasenta karena gemelli
c)
Sering dijumpai pada grandemultipara
3) Terlambat implantasi
3) Terlambat implantasi
a) Endometrium fundus kurang
subur
b) Terlambatnya tumbuh kembang
hasil konsepsi dalam bentuk blastula
yang siap untuk nidasi (kelainan letak).
4) Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala.
4) Perdarahan dapat sedikit atau banyak sehingga timbul gejala.
j. Penatalaksanaan plasenta previa
1) Konservatif
bila :
(1) Kehamilan
kurang 37 minggu.
(2) Perdarahan
tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
(3) Tempat
tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
( perjalanan
selama 15 menit).
2) Penanganan
aktif bila :
(1) Perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan.
(2) Umur
kehamilan 37 minggu atau lebih.
(3) Anak mati.
3)
Perawatan konservatif berupa :
(1)
Istirahat.
(2) Memberikan
hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
(3) Memberikan
antibiotik bila ada indikasii.
(4) Pemeriksaan
USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi
perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka lakukan mobilisasi
bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila timbul
perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
4) Penanganan aktif berupa :
(1) Persalinan
per vaginam.
(2) Persalinan
per abdominal.
Penderita
disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1) Plasenta
previa marginalis
2) Plasenta
previa letak rendah
3)
Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang,
kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya
sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin
pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi
kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio caessarea.
B. Proses
Keperawatan Pada Klien Sectio Caesarea
Proses keperawatan adalah langkah-langkah sistematis
untuk menentukan dan merencanakan penyelesaian masalah klien lalu
mengimplementasikan dan mengevaluasi apakah rencana yang dubuat cukup efektif
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi. langkah-langkah sistematis tersebut
dibagi dalam empat tahap meliputi: pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (Haryanto, 1998: 3).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan dan bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data klien berdasarkan
kebutuhan dasar manusia dan memberikan gambaran mengenai keadaan klien.
Tahap pengkajian terdiri dari kegiatan yaitu pengumpulan
data, pengelompokan data, dan perumusan diagnosa keperawatan.
a. Pengumpulan
Data
Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari
proses keperawatan. Dalam pengkajian, data dikumpulkan secara lengkap dari
berbagai sumber, antara lain dari klien, keluarga, pemeriksaan medis maupun
catatan kesehatan klien.
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun
informasi dari klien meliputi unsur Bio- Psiko- sosial- spiritual secara komprehensif.
Data
yang dikumpulkan terdiri atas :
1)
Identitas
a)
Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, status marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
ruang rawat, no medrek, diagnosa medis dan alamat.
b) Identitas
Penanggung jawab
Terdiri dari nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2)
Riwayat Kesehatan
a)
Keluhan Utama
Berupa
keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian. Biasanya pada
klien post partus dengan tindakan sectio caesarea mengeluh adanya rasa sakit
kepala akibat anestesi, nyeri pada luka insisi.
b)
Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan informasi sejak timbulnya
keluhan sampai dirawat dirumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang
dijabarkan dengan PQRST yang meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan.
Kualitas dan kuantitas dari keluhan, penyebaran serta tingkat kegawatan atau
skala dan waktu.
c) Riwayat
Penyakit Dahulu
Apakah
klien pernah menderita penyakit yang sama pada kehamilan sebelumnya atau ada
faktor predisposisi terhadap kehamilan.
d) Riwayat
Penyakit Keluarga
Ditanyakan
pada klien atau keluarganya, apakah ada keluarga klien yang mempunyai penyakit
keturunan, penyakit menular dan ada yang pernah mengalami hal seperti sekarang
ini.
e) Riwayat
Ginekologi dan Obstetri
(1) Riwayat
Ginekologi
(a)
Riwayat Menstruasi
Meliputi usia mulai haid atau menarche,
lamanya haid, siklus haid, banyaknya darah, keluhan, sifat darah, haid terakhir
dan taksiran persalinan.
(b) Riwayat
Perkawinan
Umur berapa waktu menikah (usia
suami dan klien), sudah berapa lama usia pernikahan.
(c) Riwayat
Keluarga Berencana
Alat kontrasepsi yang dipakai apa,
adakah gangguan yang dirasakan, kapan mulai berhenti dan apa alasannya.
(2)
Riwayat Obstetri
(a) Riwayat
Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Meliputi tanggal partus, umur
kehamilan, jenis persalinan, penolong, tempat, kelainan bayi, berat lahir bayi,
kelainan masa nifas, keadaan masa nifas, keadaan anak sekarang apakah sehat
atau meninggal.
(b) Riwayat
Kehamilan Sekarang
Apakah klien memeriksakan
kehamilannya dimana, berapa kali, teratur apa tidak, mendapat imunisasi lengkap
atau tidak, keluhan yang dirasakan saat hamil, diet selama hamil, adakah
perdarahan, berapa berat badan sebelum hamil, selama hamil, sesudah melahirkan
dan penambahan berat badan saat hamil.
(c) Riwayat
Persalinan Sekarang Dengan Sectio Caesarea
Jam berapa masuk kamar operasi,
berapa lama operasi, apakah anak dalam keadaan hidup atau mati, berat badan dan
panjang bayi waktu lahir, jenis anastesi yang digunakan, jenis operasi yang
digunakan, berapa perdarahan yang keluar, berapa jumlah diuresis.
3)
Pemeriksaaan Fisik
a) Keadaan
Umum
Biasanya klien
tampak lemah, kesadaran compos mentis atau terjadi penurunan kesadaran yang
diakibatkan efek anestesis.
b) Sistem
Integumen
Biasanya dilihat
turgor kulitnya, keadaan rambut mulai dari kebersihan dan distribusi. Dilihat
apakah ada strie gravidarum, linea alba dan apakah ada luka post operasi pada
abdomen klien
c) Sistem
Penciuman
Biasanya tidak
ada kelainan diakibatkan oleh efek anastesi.
d) Sistem
Penglihatan
Pada pasien post
sectio caesarea tidak ada perubahan atau gangguan pada penglihatan.
e) Sistem
Pendengaran
Tidak ada kelainan yang diakibatkan
karena efek anastesi
f) Sistem
Persyarafan
Tidak terjadi
penurunan kesadaran pada sectio caesarea karena menggunakan anestesi spinal
ataupun umum.
g) Sistem
Endokrin
Pada hari kedua
payudara dapat menghasilkan colostrum sedangkan
pada hari ketiga colostrum diganti dengan adanya air susu. Hormon yang
dihasilkan placenta tidak ada, kelenjar pitulitari mengeluarkan prolaktin
sebagai efeknya adalah pembuluh darah pada payudara menjadi bengkak berisi
darah, menyebabkan hangat, bengkak dan rasa sakit, sel-sel penghasil susu
berfungsi dibuktikan dengan keluarnya air susu.
h) Sistem
Pernafasan
Biasanya
frekuensi nafas meningkat lebih dari 24x/menit jika terjadi nyeri, irama nafas
vesikuler, kesimetrisan gerakan dada, keadaan jalan nafas bersih. Biasanya pada
pasien dengan anestesi umum sering mempunyai keluhan batuk.
i)
Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada
peningkatan vena jugularis, konjungtiva anemis karena adanya pendarahan saat
persalinan post sectio caesarea, tetapi jika terjadi pendarahan hebat dapat
disertai dengan adanya penurunan hemoglobin yang tajam, kapilaritas dapat
terjadi penurunan akibat gangguan perpusi pada perifer, tekanan darah dapat
meningkat jika disertai dengan riwayat pre-eklamsi berat yaitu sistol 140 atau
lebih dan diastolik 100 atau lebih.
j)
Sistem Pencernaan
Mukosa bibir
akan terjadi kering akibat anestesi, bising usus tidak ada atau lemah jika post
anestesi dapat terjadi mual atau muntah ini disebabkan oleh efek sentral dari
anastesi atau akibat iritasi lambung oleh obat yang tertelan, sehingga
menimbulkan nyeri tekan di efigastrium dan akan terjadi konstipasi satu sampai
tiga hari post sectio caesarea akibat aktivitas usus terhambat.
k) Sistem
Perkemihan
Pada pasien post
sectio caesarea dapat terjadi vasokontriksi pada pembuluh darah ginjal sehingga
terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat mengakibatkan produksi urine menurun. Pada hari kedua masih
terpasang dower kateter, bagaimana produksi urinnya, warna urine.
l) Sistem
Reproduksi
(1) Payudara
Pada
hari kedua post partus baik normal maupun post section caesarea, keadaan
payudara sama dengan saat hamil, kira-kira hari ketiga payudara menjadi besar,
keras dan nyeri yang menandakan permulaan sekresi air susu dan kalau areola payudara
dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu, ditambah dengan klien belum
menetekan sehingga payudara bengkak.
(2)
Uterus
Pada persalinan
normal maupun pada persalinan post sectio caesarea setelah plasenta lahir
konsistensi uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tetapi pada post operasi sectio casarea
mungkin akan terjadi perlambatan pengecilan uterus akibat dari adanya luka
operasi pada uterus.
(3)
Vulva
Pada pasien
section caessarea juga terdapat lochea. Lochea adalah eksresi cairan rahim
selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua dan
nekrotikdari dalam uterus (Eny Retna Ambarwati, 2009: 78).
Proses keluarnya darah nifas atau lochea
terdiri atas 4 tahapan yaitu :
a.
Lochea rubra/ merah (kruenta)
Lochea ini muncul pada
hari pertama sampai hari ke empat masa post partum. Cairan yang keluar berwarna
merah karena berisi drah segar.
b.
Lochea Sanguilenta
Cairan yang keluar
berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung hari ke empat dan ke tujuh post partum.
c. Lochea Serosa
Lochea serosa berwarna
kuning kecoklatan karna mengandung serum, lekosit dan robekan / laserasi
plasenta. Muncul ada hari ke tujuh sampai hari ke empat belas post partum.
d.
Lochea Alba
Mengandung leukosit,
sel desidua, sel epitel, selaput lendir,servik dan serabut jaringan yang mati.
Lochea alba biasanya berlangsung selama dua sampai enam minggu post partum.
(4)
Perineum
Pada pasien post
sectio caesarea tidak akan ada perubahan atau perlukaan.
m) Sistem Muskuloskeletal
(1) Dinding
perut dan Peritoneum
Pada
klien post sectio caesarea selain dinding perut menjadi kendur juga terdapat
luka post operasi sectio caesarea, panjang luka biasanya luka belum bisa
dilihat karena pada hari ketiga baru luka akan dibuka.
(2) Ekstremitas
atas dan bawah
Pada
pasien sectio caesarea dapat terjadi kelemahan sebagai dampak anestesi yang
mendefresikan sistem saraf pada musculoskeletal sehingga menurunkan tonus otot,
serta kaji apakah ada tanda-tanda tromboplebitis yang diakibatkan kurangnya mobilitas
fisik.
4)
Pola Aktivitas
a)
Pola Nutrisi
(1)
Makan
Biasanya pada klien
post sectio caesarea mengalami mual akibat pengaruh anestesi tetapi nanti
hilang dengan sendirinya.
(2) Minum
Minum pada klien post
sectio caesarea biasanya baik, dianjurkan klien banyak minum.
b)
Pola Eliminasi
Pada
klien post sectio caesarea biasanya pemenuhan eliminasi BAK tidak terganggu.
Pada hari ke 2 post sectio caesarea klien masih terpasang kateter. Pemenuhan
eliminasi BAB biasanya terganggu karena kondisi klien yang lemah dan sakit pada
daerah abdomen sehingga klien takut untuk BAB.
c)
Pola Istirahat Tidur
Karena
klien merasa nyeri pada daerah luka operasi, maka biasanya tidur klien kurang
dari kebutuhan. Hal ini juga bisa disebabkan oleh cemas yang akan datang dari
klien
d)
Pola Personal Hygine
Karena
kondisi klien yang lemah dan ditambah adanya luka operasi pada abdomen.
Biasanya pemenuhan personal hygine (mandi, cuci rambut gosok gigi gunting kuku)
pada klien terganggu.
5)
Aspek Psikologis
a) Keadaan
emosi
Biasanya pada
klien post section cesarean, emosi saat dirawat tidak stabil sehubungan dengan
hospitalisasi. Klien menjadi depresi, mudah menangis karena klien mengalami
nyeri pada luka operasi, nyeri payudara jika klien tidak menyusui sehingga klien
membutuhkan pendamping atau bantuan dalam memenuhi ADLnya.
b) Tingkat
kecemasan
Cemas meningkat
ditandai dengan wawasan persepsi diri terhadap lingkungan menjadi menurun.
6)
Aspek Sosial
a) Sosialisasi
klien dan keluarga, tim kesehatan dan lingkungan sekitarnya baik.
b) Apakah
klien ikut aktif dalam suatu kegiatan organisasi masyarakat atau tidak.
c) Bagaiman
dukungan keluarga terhadap kesembuhan.
7)
Aspek Seksual
a) Apakah
klien merasakan akan lebih harmonis atas kehadiran anak.
b) Apakah
klien merasa lebih diperhatikan oleh suami dengan keadaan sekarang
c) Apakah
klien merasa perannya sebagai istri dan ibu lebih meningkat atau menurun.
8)
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin terjadi
penurunan (< 10 gr % kalau terjadi pendarahan)
b. Analisa
Data
Analisa
data adalah kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut dengan konsep
teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah kesehatan
dan keperawatan klien (Effendi, 1995 : 24).
Analisa
data yaitu proses intelektual yang meliputi kegiatan menyelidiki, mengklasifikasi dan mengelompokan data. Kemudian
mencari kemungkinan penyebab dan dampak
serta menentukan masalah atau penyimpangan yang terjadi.
2. Penentuan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status
kesehatan (Nursalam, 2001: 35).
Diagnosa yang
mungkin muncul pada pasien post sectio caesarea menurut Doenges, 2001
diantaranya :
a. Proses
keluarga, perubahan, ikatan berhubungan dengan perkembangan transisi/
peningkatan anggota keluarga, krisis situasi (misalnya intervensi pembedahan, komplikasi
fisik yang mempengaruhi pengenalan/interaksi, kebanggaan diri negatif)
b. Nyeri
(akut) berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek
hormonal dan distensi kandung kemih/abdomen
c. Ansietas
berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsepsi diri, transmisi/kontak
interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi
d. Harga
diri rendah situasional berhubungan dengan merasa gagal dalam peristiwa
kehidupan
e. Resiko
tinggi cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau regulasi, efek-efek
anastesi, tromboemboli, profil darah abnormal (anemia/kehilangan yang
berlebihan)
f. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit rusak, penuturan
hemoglobin, prosedur invasive dan peningkatan pemaparan lingkungan, pecah ketuban, malnutrisi
g. Konstipasi
berhubungan dengan penurunan tonus otot (diastasis rekti, dehidrasi, kurang
masukan, efek-efek progesteron)
h. Kurang
pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri
dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang pamaparan/mengingat,
kesalahan interpretasi, tidak mengenai sumber-sumber
i. Eliminasi
urine, perubahan berhubungan dengan trauma/diversi mekanis, efek-efek hormonal,
efek-efek anastesi
j. Kurang
perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anastesi, penurunan kekuatan dan
ketahanan, ketidaknyamanan fisik.
3. Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu tahap dari
proses keperawatan termasuk menentukan prioritas dan menentukan metode yang
digunakan untuk penyelesaian masalah (Nursalam, 2001 : 105). Penulis dalam
perencanaan hanya membahas empat masalah dalam BAB II karena disesuaikan dengan
data yang ada pada klien.
a. Nyeri
(akut) berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesi, efek-efek
hormonal, distensi kandung kemih/abdomen ditandai dengan melaporkan nyeri
insisi, kram (nyeri penyerta), sakit kepala, abdomen kembung, nyeri tekan
payudara perilaku melindungi/distraksi, wajah menahan nyeri.
Hasil yang diharapkan yaitu klien
akan mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri dengan
tepat, mengungkapkan berkurangnya nyeri, tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan
tepat.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Tentukan
karakteristik dan lokasi nyeri, perhatikan isyarat verbal dan non verbal
seperti meringis, kaku dan gerakan melindungan atau terbatas
2. Berikan
informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidak nyamanan dan
intervensi yang tepat
3. Evaluasi
tekanan darah dan nadi pertahankan perubahan perilaku
4. Ubah
posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya. Anjurkan penggunaan teknik
relaksasi dengan teknik pernafasan dan distraksi
5. Kolaborasi
dalam pemberian analgetik setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute oral
|
1. Membedakan
karakteristik khusus dari nyeri membantu membedakan nyeri pasca operasi dari
terjadinya komplikasi
2. Meningkatkan
pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan ansietas dan
ketakutan karena ketidak tahuan dan memberikan rasa control
3. Pada
bayak kien, nyeri dapat menyebabkan gelisah serta tekanan darah dan nadi
meningkat. Analgesic dapat menurunkan tekanan darah
4. Merileksasikan
otot dan mengalihkan perhatikan dari sensasi nyeri meningkatkan kenyaman dan
menurunkan distraksi tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera
5. Analgesik
yang di control pasien memberikan penghilangan nyeri cepat tanpa efek samping
|
b. Resiko
tinggi infeksi, faktor resiko meliputi trauma jaringan/kulit rusak, penurunan
hemoglobin, prosedur invasif atau peningkatan pemaparan lingkungan, pecah
ketuban lama atau malnutrisi.
Hal yang diharapkan klien akan mendemonstrasikan
teknik – teknik untuk menurunkan resiko atau meningkatkan penyembuhan,
menunjukan luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan,
bebas dari infeksi, tidak demam dan urine jernih kuning pucat.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Anjurkan
dan gunakan teknik mencucitangan dengan cermat dan pembuangan pengalas
kotoran, pembalut parineal, dan linen terkontaminasi dengan tepat.
2. Tinjau
hemoglobin dan hematokrit prenatal, perhatikan adanya kondisi yang
mempredisposisikan klien pada insfeksi pasca partum.
3. Kaji
status nutrisi klien, perhatikan berat badan sebelum hamil dan penambahan
berat badan prenatal.
4. Dorong
masukan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin dan besi.
5. Inspeksi
balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepaskan balutan sesuai
indikasi.
6. Perhatikan
catatan operasi untuk penggunaan drain dan sifat dari insisi. Bersihkan luka
dan balutan bila basah.
7. Inspeksi
insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan, edema, nyeri,
eksudat atau gangguan penyatuan.
8. Observasi
suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.
9. Inspeksi
sekitar infuse terhadap tanda eritema atau nyeri tekan.
10. Evaluasi
kondisi puting, perhatikan adanya pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan.
11. Kolaborasi
dalam pemberian antibiotic khusus untuk proses infeksi yang teridentifikasi
|
1. Membantu
mencegah atau membatasi penyebaran insfeksi.
2. Anemia,
diabetes dan persalinan yang lama sebelum kelahiran caesarea meningkatkan
risiko insfeksi dan perlambatan penyembuhan.
3. Klien
yang berat badannya 20 % dibawah berat normal atau yang anemia atau
malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pasca partus dan memerlukan diet
khusus.
4. Mencegah
dehidrasi memaksimalkan volume sirkulasi dan aliran rutin. Protein dan
vitamin C diperlukan untuk pembentukkan kalogen, besi diperlukan untuk
sinestesis hemoglobin.
5. Balutan
steril menutupi luka pada 24 jam pertama kelahiran caesarea membantu
melindungi luka dari cedera atau kontaminasi.
6. Lingkungan
lembab merupakan media paling baik untuk pertumbuhan bakteri.
7. Tanda-tanda
ini menandakan infeksi luka, biasanya disebabkan oleh streptoccus,
stapilococus atau spesien pseudomonas.
8. Demam
setelah pasca operasi hari ketiga, leukositosis, dan takhikardi menunjukan
infeksi.
9. Menandakan insfeksi local.
10.
Terjadi fisura/pecah-pecah
putting memperbesar risiko mastitis.
11.
Perlu untuk mematikan organisme.
|
c. Kurang
pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri
dan kebutuhan perawatan bayi berhubungan dengan kurang pemaparan/mengingat,
kesalahan interpretasi, tidak mengenai sumber - sumber ditandai dengan
mengungkapkan masalah/ kesalahan konsep, keragu – raguan dalam dan
ketidakadekuatan melakukan aktivitas – aktivitas, ketidaktepatan prilaku.
Hasil
yang diharapkan klien akan mengungkapkan pemahaman tentang perubahan
fisiologis, kebutuhan – kebutuhan individu, melakukan aktivitas yang perlu
dengan benar dan penjelasan alasan untuk tindakan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
kesiapan dan motovasi klien untuk belajar. Bantu klien dan pasangan dalam
mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan.
2. Berikan
rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang di standarisasi
atau ceklis.
3. Berikan
informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang
normal berkenaan dengan kelahiran cesarean.
4. Tinjau
ulang kebutuhan-kebutuhan perawatan diri. Anjurkan partisipasi dalam parawatan
diri bila klien mampu.
5. Demontrasikan
teknik – teknik perawatan bayi.
6. Tinjau
ualng informasi berkenaan dengan pilihan tepat untuk pemberi makan bayi
(fisiologi menyusui, perubahan posisi) perawatan payudara dan puting, diet,
dan pengangkatan bayi dari payudara.
|
1. Periode
pasca partus dapat menjadi pengalaman positif bila kesempatan penyuluhan
diberikan untuk membantu mengembangkan pertumbuhan ibu, maturasi, kompetensi.
2. Membantu
menjamin kelengkapan informasi yang diterima orang tua dari anggota staf dan
menurunkan konfusi klien yang disebabkan oleh diseminasi nasihat atau
informasi yang menimbulkan konflik.
3. Membantu
klien mengenali perubahan normal dari respon – respon abnormal yang berkenaan dengan
kelahiran cesarean.
4. Memudahkan
otonomi, membantu mencegah infeksi, dan meningkatkan pemulihan.
5. Membantu
orang tua dalam penguasaan tugas – tugas baru.
6. Meningkatkan
kemandirian dan pengalaman pemberian makanan optimal.
|
d. Kurang
perawatan diri berhubungan dengan efek – efek anastesi, penurunan kekuatan dan ketahanan,
ketidaknyamanan fisik ditandai dengan pengungkapan ketidakmampuan untuk
perpartisipasi dalam tingkat yang diinginkan.
Hasil
yang diharapkan klien akan mendemonstrasikan teknik – teknik untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri, mengidentifikasi atau menggunakan sumber yang
tersedia.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pastikan
berat atau durasi ketidak nyamanan. Perhatikan adanya sakit kepala pasca
spinal.
2. Kaji
status psikologis klien.
3. Tentukan
tipe – tipe anastesi, perhatikan adanya pesanan atau intruksi mengenai
perubahan posisi.
4. Ubah
posisi klien setiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru, ambulasi, dan latihan
kaki.
5. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan dengan hygine.
6. Kolaborasi
untuk pemberian agens analgetik setiap 3-4 jam, sesuai kebutuhan. ubah jalur
intravena pada heparin bila tepat.
7. Ubah
jalur intervensi pada heparin lok bila tepat
|
1. Nyeri
berat mempengaruhi respon emosi dan prilaku sehingga klien tidak mampu
berpokus pada aktivitas perawatan diri.
2. Pengalaman
nyeri fisik mungkin disertai dengan nyeri mental yang mempengaruhi keinginan
klien dan motivasi untuk mendapatkan otonomi.
3. Klien
yang telah menjalani anastesi spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar
tanpa bantal untuk 6-8 jam setelah pemberian anastesi.
4. Membantu
mencegah komlikasi bedah seperti phlebitis atau pneumonia, yang dapat terjadi
bila tingkat ketidak nyamanan mempengaruhi perubahan/ aktivitas normal klien.
5. Memperbaiki
harga diri, meningkatkan perasan kesejahtraan.
6. Menurunkan
ketidak nyamanan, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melaksanakan
perawatan diri.
7. Memungkinkan
gerakan tidak terbatas dari ekstermitas, sehingga memungkinkan klien
berfungsi lebih mandiri,
|
4. Pelaksanaan
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
ini dilaksanakan setelah rencana tindakan disusun. Selama pelaksanaan tindakan perawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan perawatan. Perawatan perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kebutuhan klien saat
ini. Perawat harus sudah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan. Hubungan saling percaya
antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan rencana
perawat dalam memenuhi kebutuhan klien, tahap ini merupakan proses yang diperlukan
untuk mengetahui sejauh mana tujuan tercapai. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu evaluasi
proses dan formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan dan
evaluasi hasil dan formatif yang dilakukan dengan membandingkan respon klien
pada tujuan umum dan khusus disamping itu juga sangat membantu dalam menentukan
perubahan-perubahan untuk memperbaiki perencanaan dan perawatan selanjutnya.
Evaluasi
dapat dilakukan sebagai pola piker dengan menggunakan pendekatan SOAP :
S : respon
subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
O : respon
objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan
A : analisa
ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih
tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontraindikasi dengan masalah
yang ada
P
: perencanaan atau tindak lanjut
berdasarkan hasil analisa pada respon
klien.
No comments:
Post a Comment
Mohon kritik dan saran dari para pembaca untuk kemajuan blog ini. TERIMAKASIH